Hama ulat tritip Plutella xylostella juga di sebut larva kupu kupu punggung berlian. Ulat yang termasuk family Plutellidae dan ordo Lepidoptera ini menyerang kubis yang masih muda di pesemaian maupun yang sudah dewasa di lapangan.
Photo: Whitney Cranshaw, Colorado State University, Bugwood.org
Kubis yang terserang ulat tritip pada daun tampak adanya bercak berwarna putih. Selanjutnya bercak tersebut akan berlubang jika sudah mengering. Jika serangannya berat kubis tinggal tulang daunnya saja.
a . Sembunyi di bawah daun
Ciri khas ulat tritip adalah ukuran tubuhnya kecil sepanjang 9 – 10 mm. Warnanya hijau, bila menghadapi bahaya ulat menyelamatkan diri dengan menjatuhkan badannya bersama benang yang di buat.
Hama ini senang bersembunyi di bagian bawah daun, memakan daging daun. Kulit ari biasanya tidak di makan sehingga daun kelihatan bernoda putih, sehingga gangguan hama itu sering di sebut hama putih ( Hama Bodas ).
Apabila kulit kering, noda tersebut menjadi berlubang lubang, ketika serangannya hebat yang tertinggal hanya tulang tulang daunnya saja, karena bentuk tulang tulang daun yang tersisa menyerupai wayang kulit, tritip juga di sebut hama wayang.
b . Daur hidup
Ulat tritip dalam hidupnya mengalami 4 kali perubahan bentuk yaitu telur, ulat ( larva ), kepompong ( pupa ), dan kupu kupu.
Photo: Whitney Cranshaw, Colorado State University, Bugwood.org
Ulat Tritip di daerah panas lebih pendek di bandingkan daerah dingin. Di daerah panas sampai ketinggian 250 m dpl, umur stadium telur 2 hari, stadium ulat 9 hari,stadium pupa 4 hari, dan stadium kupu kupu 7 hari. Di dataran tinggi 1.100 – 1.200 m dpl umur stadium telur 3 – 4 hari, ulat 12 hari, pupa 6 -7 hari, dan kupu kupu 20 hari.
Seekor kupu betina mampu bertelur antar 180 – 320 butir. Biasanya telur di letakkan di bagian bawah daun, satu kupu kupu dapat menyebarkan ulat pada bermacam macam tanaman kubis. Bentuk telur bulat panjang , lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Ulat yang baru menetas warnanya hijau pucat, yang telah dewasa lebih tuadan warna kepala pucat dengan bintik bintik atau garis coklat.
c . Pengendalian
Pengendalian ulat tritip dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu cara mekanis, kimia, biologis, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian secara mekanis efektif di lakukan bila serangannya masih di bawah ambang ekonomi, prinsip pengendalian adalah membunuh secara langsung ulat atau kupu kupunya. Untuk mengumpulkan kupu kupunya pada malam hari di pasang lampu yang di letakkan pada cawan berisi air, karena sifat kupu kupu tertarik pada cahaya lampu, maka hama tersebut akan mendekati lampu dan menabrak dan terperangkap pada cawan yang berisi air.
Apabila hama hama dan kupu kupu sudah terlalu banyak dapat di adakan penyemprotan insektisida, sebaiknya pemakaian insektisida selalu berganti ganti dan dilakukan sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, dosis yang di pakai harus tepat sehingga tidak terjadi kekebalan pada ulat.
Pengendalian secara biologis ialah pengendalian yang memanfaatkan musuh alami dari hama bersangkutan. Pada tahun 1953 Dr.VOS Telah mencoba memberantas ulat tritip dengan serangga dari New Zealand yaitu Angitia cerophaga grav.
Angitia cerophaga Grav bertelur pada tubuh ulat atau pupa, apabila telur menetas akan keluar ulat kecil dan akan memakan tubuh ulat atau pupa yang di tempati ( endo parasit ).
Oka pada tahun 1957 pernah mengadakan percobaan pemberantasan ulat tritip dengan Bacillus thuringiensis Berliner dari hawai. Setiap tanaman di semprot dengan 10 cc larutan dengan dosis 250 juta spora bakteri per 1 cc. Dalam waktu 3 – 4 hari ulat dan kepompong tritip mati dan menjadi keras. Harap di perhatikan pemberantasan secara biologis tidak bias di lakukan bersamaan dengan pemberantasan secara kimiawi.
Maksud rotasi atau pergiliran tanaman adalah untuk memutus rantai hidup hama, sehingga populasinya terkendali atau seimbang.
Untuk memutus daur hidup ulat tritip sebaiknya jangan menanam kubis dan tanaman yang sekeluarga dalam 1 tahun terus menerus, sebaiknya hentikan beberapa waktu 3 atau 4 bulan.
Sumber: Pracaya, Ir. Kol alias kubis. Penebar Swadaya,2001.Jakarta.